Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label KEHIDUPAN SAYA

9 April 2018

Aku juga tidak begitu tahu, perihal alasan aku masih begitu menginginkannya atau keinginan untuk membantunya, untuk membuatnya bahagia atau entah untuk apa. Aku belum tahu ada rencana apa yang disiapkan semesta untuk semua yang sudah ku lalui sampai saat ini. Hanya saja aku takut jika pada waktunya nanti aku belum siap menerima maksud semesta. Malam ini, mata ini aku paksa kembali melihatnya. Meskipun hanya sebuah foto yang tidak sengaja ku temukan. Nampak semua ingatan dan harapan yang dulu sempat ku tatap darinya. Dan lagi, bahwa dengan merasa begitu lemah aku menyadari bahwa aku belum sepenuhnya beranjak dari masa - masa itu. Belum sepenuhnya menerima, pun melupakan semuanya, tentang aku dan dia. Aku sedih menemukan diriku seperti terkungkung dalam memori yang kuciptakan, terkubur dalam ingatan tentang masa lalu yang harusnya sudah membebaskan. Hanya saja aku tidak bisa. Ya, aku tidak bisa. Jogja, dan setiap sudut - sudutnya serta jalanan panjang. Menjadi ingatan yang tak

Perihal Jiwa dan Raga

Pada sebuah waktu yang dihadirkan semesta, anganku sampai pada satu pemahaman mengenai rasa. Aku dibuat paham tentang rasa dari pesona raga dan rasa dari pesona jiwa, yang mana keduanya merupakan rasa dari seorang manusia. Aku akhirnya paham bahwa raganya merupakan perantara bagi ragaku untuk mengenali jiwa yang dibingkai sedemikian rupa sehingga memiliki pesona. Aku sampai pada pemahaman bahwa ada jiwa yang kemungkinan besar teralihkan oleh pandangan mata yang hanya melihat raga. Terkadang aku terpesona dengan jiwanya tanpa peduli bagaimana raganya. Lebih seringnya mataku tersipu melihat pesona raganya bahkan sebelum aku menemui nyaman dengan jiwanya. Ada mata yang perlu kujaga, agar tak sekedar terpikat pesona raga. Menjadi buta perihal raga dan menjadi yang selalu terjaga untuk menikmati rasa dalam jiwa.

Canda semesta

Nampaknya semesta senang sekali bercanda, kali ini dengan tiba - tiba dia mengirimkan namamu di tengah perjalanan pulang. Tidak cukup sampai disitu, aku dibuatnya berbincang denganmu dalam rindu yang semesta kirimkan. Sungguh, kali ini semesta terlalu parah mempermainkan rinduku. Ketika sedang mencari - cari sebuah dokumen kuliah, aku dihadapkan dengan selembar kertas penuh makna. Aku sedang tak mau menuruti semesta. Mencoba menghentikan candanya yang tak pernah lucu bagiku. Malah membuatku sendu dengan candanya yang bermaksud menggodaku. Ku tutup canda dari semesta dengan salam rindu, semoga engkau disana tak pernah dilanda rindu. Karena kau tahu, aku selalu menerima rindumu, tak seperti aku yang tak dirindu mu.

Undefined

Saat ini pikiranku terlalu egois, memaksa untuk memenuhi diriku dengan dirinya Mengelana setelah pintunya dibuka-buka dengan paksa. Memikirkan segala kemungkinan yang sekiranya perlu diberi makna Malah menjadi beban ketika naluriku menolak berkuasa Seakan mengiyakan pikirku saat ini untuk menjadi penguasa Kita mungkin di ijinkan semesta untuk menerima luka pada hal yang serupa Naluriku menolak untuk menerima pikirku yang berkata mungkin kita sama Aku cukup pada diriku saat ini yang sedang tak berharap pada siapa, pun mencoba - coba perihal apa Aku ingin menyenangkan diriku yang sendu Untuk waktu yang tak pernah ku tahu Semesta mengijinkan kita memilih apa yang dia sediakan Menjalin harapan atau saling melupakan Menuju masing - masing jalan Aku sedang tidak tahu, mungkin juga menolak tahu Karena saat aku tahu, aku ragu untuk mengatakan tahu Ini tentang aku, mungkin suatu saat tidak sama Mungkin nanti perihal kita, yang akan berubah juga Menjadi bersama atau saling melup

Kembali sejenak

Bisakah kita kembali sebentar saja? Menyelesaikan semuanya dengan baik Agar tak ada dari kita yang pergi dan terluka Atau ditinggalkan dan merana Kembali sejenak sebagai jiwa yang siap merela Membagi emosi dengan bijak Agar beban menjadi lega Aku tidak tahu kapan aku siap menemuimu Mengatakan aku sudah baik baik saja tanpamu Atau sekedar kebetulan kebetulan yang semesta cipta Untuk menguji hati apa sudah siap dicobai

Aku masih menginginkan seseorang

Aku bukan sedang tak menginginkan siapapun Aku hanya tak menginginkan luka Yang aku sadari hadirnya bersamaan Dengan waktu yang membawaku meletakkan hati pada seseorang Jadi ini bukan soal orangnya Tapi luka yang nantinya ada Entah ketika realita menghujam ekspektasi dengan ketidakmampuannya memenuhi janji Atau sekedar ditinggalkan sesaat setelah langkah rehat dari berjuang Aku tetap menginginkan seseorang Yang berjanji bukan untuk tidak melukai Tapi berjanji ketika melukai akan mencari cara untuk mengobati Karena berkelana mencari rumah itu lelah Beradaptasi dengan tempat tinggal baru selalu tidak mudah Dan bagiku itu susah Maka jika aku sudah menemukanmu sebagai rumah Ijinkan aku menetap Atau aku akan kehilangan rumah Selamanya -topengmalam-

Rindu

Rindu itu racun bagi nurani Yang mencoba melupa memori Menyita harap Yang sedang dipaksa lelap Aku bukan lagi merindu Tapi sedang mengharap dalam haru Menumbuhkan harap patah Ditengah jiwa yang lelah Ternyata merindu itu kesalahan Bagi mereka yang patah dan terabaikan Merindu dan tak dirindu itu sendu Merindu dan dirindu hanyalah halu Jamahan angin ditelingaku berbisik Mengingatkanku agar tak berbalik Nalarku kelu mengingat rindu Nurani merajuk meminta kamu Dari lelaki patah yang merindu namun tak dirindu -topengmalam-

Perihal Menunggu

Rotasi waktu tak pernah mau menunggu Putarannya konstan tak terhalang barang satu Menunggu itu menanti waktu Berharap temu yang diselimuti ragu Raga dan Jiwa ku seakan dibiasakan menunggu Menunggu itu tentang komitmen ku terhadap waktu Aku yang menjanjikan temu Kepada ragu Ragaku agaknya kecut Pada tak acuhnya dirimu Terhadap waktu Padahal kau tahu Ia tak pernah mau menunggu Tak ada yang benar - benar berhenti Bahkan menunggu pun aku tak berhenti Nuraniku liar mencari Akal ku pun tak kalah mendominasi Menggagahi pikirku agar pergi Tahukah dirimu perihal menunggu? Perihal ragu Perihal melagu selagi menunggu Perihal tentu yang semu Mereka yang tak acuh akan waktu Semoga tak dibuatnya malu Kala waktu bergegas melaju Meninggalkan ragu mu yang bisu Semoga kelak kau cakap memahami waktu Menyelami tiap raga yang mau menunggu Raga yang pikirnya kukuh Kendati di hajar terjangan ragu Jangan mengundang waktu yang tak mau menunggu D

Mengingat kamu

Aku pernah mencoba menahan tangis Dihadapan seorang yang amat kucintai dan kusayangi Harusnya aku sudah tidak memiliki rasa itu Harusnya aku sudah biasa saja mengingat setiap keping memori kami Saat itu… Yang bisa aku lakukan hanya mencoba mencerna kalimatnya Mencoba membangun realita Sambil terus menekan rasa sakit yang mulai timbul Yang entah dimana letaknya secara pasti Jika ada cermin saat itu, aku tahu air mukaku sudah tidak lagi damai Ada kebingungan, kekagetan, keheranan, kemarahan, kesedihan, dan lainnya Dan beberapa kalimat yang entah mengapa juga aku ungkapkan saat itu Yang malah menambah kekeruhan pikirku saat mendengar dia menjawab apa yang aku ucapkan Saat itu aku ingin mengungkapkan betapa rindunya aku Ingin ku katakan bahwa saat itu aku sedang rindu – rindunya Aku ingin mengatakan bahwa aku sedang mencoba memperbaiki diri saat itu Aku ingin memaksa aku tidak mau perpisahan terjadi saat itu Bahkan sampai saat ini, disetiap pulangku

Mind's Power

Kekuatan Pikiran Pernah denger kalimat itu sebelumnya? Kalo belum sini biar aku kasih tahu. Sebenernya ini merupakan sesuatu yang simple. Aku mendefinisikan nya sebagai suatu hal sederhana yang sebenarnya sudah kita lakukan setiap waktu. Berpikir. Ya hanya berpikir. Aku mau cerita dulu. Jadi, sudah beberapa hari ini aku merindukan seseorang yang pernah aku cintai atau mungkin masih aku cintai sampai sekarang. Aku benar – benar merindukan kebersamaan kami yang cukup sebentar itu. Aku membayangkan semua hal sudah pernah kita lalui. Sedikit menambahkan imajinasi disana sini dan tentu saja melibatkan perasaan. Memunculkan kembali perasaan yang saat itu aku alami, entah bahagia, suka, duka, sakit hati, perihnya hati, atau apapun itu. Aku menghadirkan kembali bagaimana wajahnya, ekspresinya, suaranya kedalam ingatan ku. Aku menggambarkan suasana disana dengan begitu baik dan muncul lah semua kenangan yang sudah aku alami. Ataupun semua hal yang aku berharap bisa terjadi. Imajina

Sorry to post this

Rasanya sudah cukup di tahun ini, menjatuhkan hati dengan sengaja dan belajar mencintai seseorang. Tapi aku merasa belum cukup dalam belajar melepaskan orang yang aku cintai, entah mengapa aku masih begitu peduli. Seakan-akan aku masih mencintai dia, tapi aku juga tidak tahu apakah aku benar-benar masih mencintai dia apa hanya suatu ilusi belaka.

21 Gratitude Challenge ~ Negative Visualization

Halo sobat topengmalam, bagaimana kabar kalian hari ini? kemarin? Dan kemarinnya lagi? Apa ada perubahan luarbiasa dalam hidup kalian akhir akhir ini? atau hidup kalian nampak biasa biasa saja? Atau bagaimana? Bisa ceritakan kepada saya dan berbagi dengan cobat lain di kolom komentar. Oke jadi satu hari yang lalu saya mendownload sebuah aplikasi dari Google Playstore namanya “21 Gratitude” intinya sih bagaimana kita bisa bersyukur dan berterimakasih atas keadaan dan kondisi kita sekarang ini. Nah saya sudah menggunakan aplikasi ini selama 5 hari terakhir. Kemarin saya kepikiran untuk menjadikan isi dari aplikasi ini menjadi sebuah postingan di Blog ini, nampaknya menarik juga. Nah untuk yang kali ini, saya bakal posting Challenge di hari pertama, yaitu mengenai “Negative Visualization”. Bersyukur itu banyak sekali caranya, dan pasti punya kekuatan yang berbeda dalam mewujudkan perasaan syukur dalam diri seseorang. Nah dalam challenge kali ini, kita akan diminta untuk flashback untu

Terbanglah

Mungkin sebaiknya memang seperti ini. Mengenalnya, menyayanginya, lalu melepaskannya. Mungkin dia seekor burung yang diijinkan Tuhan datang untuk menghiburku sejenak, dan mencoba meyakinkanku bahwa kehidupanku begitu luar biasa baik. Burung itu mengajarkanku untuk mengasihi diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengasihi oranglain. Ingat, terlebih dahulu bukan lebih banyak. Ini artinya aku harus siap untuk menerima kekurangan dan kelebihan diriku sendiri. Mengerti dan mengenal siapa aku, sebelum berusaha mengerti dan mengenal oranglain. Kedatangan burung ini begitu singkat, aku bahkan belum sempat memeluknya erat tapi dia sudah meminta ijin untuk terbang kembali. Aku ingat dia hanya hinggap ditanganku dan menggenggamnya erat dengan cakar cakarnya. Anehnya itu tidak pernah membuat tanganku terluka, malah aku menemukan kehangatan disana. Aku kira burung ini tidak hanya hinggap lalu pergi begitu saja, aku berharap dia menetap dan selalu menemaniku. Tapi sepertinya bukan itu tujuannya d

Coretan di Stasiun

25 Juni 2016 Sinar mentari tampaknya belum cukup menghangatkan jiwa-jiwa yang semalam kedinginan menanti kepastian. Cerah memang cuaca pagi ini, tapi nampaknya beberapa wajah sendu juga menghiasi cerahnya pagi ini. Ya mungkin saja bagi mereka mendung itu hari yang mereka idam-idamkan, karena sama dengan situasi dan rapuhnya awan dalam dinding hati mereka. Alunan kaki yang berdetak sepanjang pagi ini cukup banyak menyita perhatian bagi memori-memori ku yang entah sudah berapa banyak dihabiskan. Mereka mengalun bak ayunan reot yang bergeretak tiap kali ada yang mencoba menaikinya. Aaaah, inikan baru pagi. Lalu mengapa mataku selalu mencari keberadaan senja. Dasar kau tak tahu diri, bukankah kau tahu bahwa senja sudah pulang ke rumah kemarin. Berpamitan dengan malam yang datang lalu berganti pagi. Jangan berlagu seperti anak-anak. Mereka mungkin menghibur hati-hati tua yang kesepian. Tapi apa mereka apa yang ada dalam hati-hati itu. Tuhkan jatuh, jatuhkan saja butiran air itu. Tetes

Perkara Rumah, Pergi, Kembali dan Senja

Pergi Kini kau tahu bukan Bahwa dia tidak pernah memaksa mendobrak pintumu untuk masuk kedalam ingatanmu Tapi kau, engkau yang malah memaksa keluar, yang mendobrak pintumu sendiri Kau yang memilih keluar dan berkelana mencarinya Tanpa kau sadari bahwa hujan dimatamu sudah begitu deras Matamu sudah hujan Kau memaksa untuk pergi dari tempatmu Mencari dia, mencari tempat dia tinggal Kau berhujan-hujan Berharap dia memberimu tangan untuk menyeka matamu yang hujan Tapi kau sudah tahu Kau sudah tahu semenjak kau masih di tempatmu Kau sudah tahu saat kau putuskan melangkah keluar Kau tahu jawabannya Kau tahu apa yang akan kamu dapati ditempatnya Bahwa sejauh apapun kamu pergi Selarut apapun kau datang ditempatnya Sekuyup apapun basahmu Kau tahu dia tak akan berniat Barang menoleh saja tidak Bahkan hanya untuk mendengar langkahmu pergi Kini pulanglah Ketempat asalmu Yang sudah merindu hadirmu Sejauh apapun kau telah pergi Selarut apapun kau

Membahas cinta di Hari Bumi setelah Hari Kartini

Akhir-akhir ini semuanya seperti dilanda gelombang cinta yang berkepanjangan. Semua membicarakan mengenai cinta cinta dan cinta. Saling menceritakan kehidupan asmara mereka, saling berbagi cerita dan saling menasehati satu sama lain. Gelombang ini hampir saja membuatku mati, tapi untung saja aku segera bergegas pergi. Gelombang ini mematikan, mematikan otak dan logika mereka. BASI ~ Ya, normal sih ya kalo akhirnya semua orang merasakan cinta. Begitu juga aku, aku juga merasakan cinta dan jatuh cinta. Merasakan yang namanya kagum sama seseorang, menyukai seseorang, tertarik sama seseorang. Ya aku juga merasakan. Yang membedakan adalah… Aku tidak perlu meluap-luapkan hal itu . Apalagi sampai membuat oranglain merasa tidak nyaman . Aku bukan tipe orang yang begitu bersemangat membahas masalah cinta. Karena menurutku, cinta itu kenikmatan personal. Cinta bisa membuatmu bahagia, dalam diammu, dalam kesibukanmu, dalam kosongmu, dalam kesendirianmu. Cinta tahu kapan dia harus muncul

Surat titik-titik #2

Halo pembaca setia Topeng Malam's Blog, terimakasih atas kunjungan dan waktu nya untuk membaca postingan-postingan ku yang gag jelas hahaha... Jangan bosen-bosen komentar di blog ku, dan jangan sungkan-sungkan ngasih saran bahkan kritikan di setiap postingan. aku bakalan seneng kalo kalian bisa bantu aku bikin blog ini makin berkembang lagi. Thankyou Jadi ini ada surat, lanjutan dari surat yang pertama kemarin, yaitu surat titik-titik #1 . yang belum baca silahkan dibaca dulu. Nah surat kedua ini aku buat satu hari setelah surat pertama, yaitu tanggal 9/3/2016. Karena tepat setelah aku membuat surat pertama itu, aku menemukan banyak hal dan semua hal-hal yang ada di surat pertama itu nampak terbuka dan terjawab semua.. Soooo, silahkan dibaca bro sis... Hai B*****, B******* *e**** Masih kuingat betul tanggal 8/3/2016 kemarin aku menuliskan sebuah surat untukmu. Ya, sebuah surat yang kamu tidak akan pernah membacanya mungkin. Karena aku tidak berencana sama sekali untuk me