Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

To: Me

Hei, Julian. Dengar, aku tahu banyak hal yang membuat kamu kehilangan diri kamu. Hal-hal yang kamu pikirkan begitu dalam dan mungkin berlebihan. Ya, kamu sadar akan hal itu kan? Tidak apa memikirkan sesuatu secara mendalam. Tapi ketahui bahwa kamu punya kuasa atas pikiranmu. Kamu punya kuasa kapan harus berhenti. Jika menurut kamu bukan sekarang waktunya, tak apa, kamu akan tahu waktu yang tepat. Kamu juga masih menyimpan sakit hati, mungkin kekecewaan, mungkin juga rindu. Tak apa, perasaan itu wajar adanya disana. Tak perlu khawatir dan berusaha begitu keras menghilangkan perasaan-perasaan itu. Ok Julian? Coba deh kamu lihat diri kamu sekarang. Julian yang lebih sabar, lebih kuat, lebih berbelas kasih, lebih peduli, lebih hebat pokoknya dari Julian sebelumnya. Berterimakasihlah pada teman dan guru mu. Mereka yang mengajarkanmu sabar dengan cara yang membuatmu sakit hati. Mereka yang mengajarkanmu berbesar hati saat kamu dikecewakan. Kamu berhasil sampai pada saat ini. Hebat bukan?

Dear

Dear someone-who-love-me Thanks for telling me that you love me, it means a lot for me knowing someone love me that much. I'm sorry that I couldn't love you back for now. But please hold on, let me try harder and please don't leave. Help me to figure it out. The way to love you properly and make us work together. Help me to be strong and fight for you. Help me to stay and try harder. Hold me up when I feel like wanna give up on you. Shower me your kindness and pure love everyday when I feel like withered on yours. Keep telling me the truth, your love for me. In the end of this. If you get tired of me and wanna give up, please stay and try again to convince me. Maybe this time, I'll finally be sure that I can love you back. Thankyou~

20 Juni 2018

Seperti ini, Ada batas yang tak kasat mata antara harapan dan ekspektasi, Harusnya kamu paham saat ini. Berdiri didepan pintu, mengamati dia menutup semua pintu dan jendela, seharusnya menjadikanmu sadar bahwa saatnya melangkah pulang. Meninggalkan ekspektasimu yang berlebihan terhadap seseorang, Berujung sakit yang tak karuan pada dirimu seorang. Ada hal-hal yang harus kamu relakan, keputusannya untuk mengakhiri hubungan kalian satu diantaranya. Semakin kamu mengijinkan pikirannu mengelana pada memori-memori lama, semakin kamu ketergantungan terhadap memori itu. Rindu adalah adiksi. Berhenti memberinya asupan memori yang semakin lama akan semakin meminta lebih dari itu. Menyakitkanmu.

Untuk diriku.

Untuk diriku , Suatu waktu semesta akan mengijinkan kamu benar-benar membaca dan mengerti ini. Sebelum waktunya itu datang, berjuanglah. Akan ada masa-masa sulit yang harus kamu hadapi. Entah sendirian atau pun kamu menemukan seseorang nantinya. Pesanku, berjuanglah. Kamu sudah melewati masa-masa sulit selama beberapa tahun terakhir dan kamu berhasil melewatinya sampai saat ini. Kamu tidak perlu khawatir apakah kamu akan berhasil melewati rintangan atau masalahmu saat ini. Karena aku yakin kamu akan berhasil lagi. Kamu pernah melewati masa-masa menginginkan dan mengharapkan kehadiran seseorang yang begitu spesial dan menyayangimu dan bisa menjadi kawan perjuanganmu. Jika saat ini orang itu belum juga menemuimu, tenanglah. Semesta berjanji akan menemukanmu dengan orang itu. Sekarang, layakkan dirimu untuk kedatangannya. Dan jika dia hadir, lakukan yang terbaik serta tetaplah menjadi dirimu saat ini. Yang terbaik. Akan ada kekecewaan lagi yang menjatuhkanmu, yang menyakitimu, yang m

Half of Me

Ada bagian dari diriku yang selalu ingin berjuang Memperbaiki kita yang kata mereka telah usang Ada bagian diriku yang memaksa untuk tidak menyerah begitu saja Berusaha mengembalikan apa yang dulu pernah disebut kita Aku mengerti, bukan aku yang terbaik bagimu Aku mengerti, semua ungkapan ini terlalu drama bagimu Aku tidak tahu apakah kamu juga memikul rindu seberat ini atau menahan diri sekeras aku mencoba untuk tidak mengganggu mu dengan hadirku Aku tidak tahu Aku takut Aku menyerah pada sesuatu yang harus kuperjuangkan Aku takut pula Jika aku mengeraskan diri untuk berjuang pada apa yang harus ku lepaskan Aku merasa terlalu tidak adil jika aku merasakan semua ini dan mengalaminya sendirian Pun aku tak mau jika dirimu terluka karna terbebani Aku membutuhkan waktu untuk berkata-kata, mengungkapkan semua, berbicara Tapi semua cara sudah tak bisa ku coba Aku mengerti. Hanya saja aku tidak tahu harus apa, aku tidak tahu kapan aku harus berhenti.

Cantik??

Ada satu hal yang menjadikan ku ingin memikirkannya lebih lagi akhir-akhir ini. Tentang "body goals" yang masih banyak di idam-idamkan oleh teman-teman wanitaku. Konsep cantik, menarik, attractive, dan sempurna bagi wanita yang sebenarnya sangat-sangat dangkal. Namun, sayangnya masih dipegang bahkan diperjuangkan oleh beberapa wanita sedemikian rupa. Cantik. Sejak kita lahir dan mulai tumbuh besar, masyarakat disekitar kita menanamkan konsep cantik yang dengan mentah-mentah kita telan dan kita percaya begitu saja. Tubuh langsing, rambut panjang dan ikal, warna kulit yang putih cerah berkilau, tinggi semampai, wajah bersih tanpa jerawat, hidung mancung, pipi tirus, bibir tebal, alis mata tebal dan simetris sedemikian rupa, bulu mata lentik dan lebat, kaki jenjang, pinggul besar, payudara besar, pantat besar, perut rata, dan semua rincian yang bahkan jika ditarik kebelakang tidak pernah ada yang tahu konsepnya mulai dari mana dan siapa yang mencetuskan. Peran media massa, ikl

Mimpi

16 April 2018 : Sebuah notifikasi masuk kedalam inbox akun Gmailku. Betapa terkejutnya aku mendapatkan kabar bahwa abstrak yang aku kirimkan untuk konferensi di AIDS2018 yang dilaksanakan di Amsterdam, lolos untuk presentasi poster. Aku ingat betul betapa bahagianya saat itu, karya tulis yang sedianya hanya untuk prasyarat kelulusan tingkat S1 dapat diterima di sebuah konferensi Global, meskipun hanya untuk presentasi poster. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa. Aku larut dalam haru, ku kabari orangtuaku, dosen pembimbingku dan orang-orang terdekatku. Aku berterimakasih kepada mereka semua. Berterimakasih atas kebaikan semesta menyadarkanku bahwa aku begitu layak dan berhak atas bahagia. Setelahnya yang aku khawatirkan adalah permasalahan biaya. Jujur saja, dengan penghasilan Ibuku yang saat ini satu-satunya mendapatkan penghasilan aktif dan deposito Bapak yang tidak seberapa serta tanggungan ku untuk kedepan masih dan akan begitu banyak, aku begitu mengkhawatirkan hal yang satu ini.

Mereka-mereka yang percaya

Aku sangat bersyukur dan bahagia ketika ada beberapa orang yang begitu percayanya dengan aku, setidaknya untuk beberapa hal. Mereka yang menemuiku ketika mendapatkan kesulitan dalam perkuliahan. Mereka yang mencoba menjangkau ku ketika mereka membutuhkan teman bicara. Mereka yang menghubungiku ketika mereka sedang bingung dengan hidupnya. Mereka yang sedang merasa patah hati karena seseorang berbuat tidak menyenangkan pada dirinya. Aku sangat-sangat perlu mengucapkan terimakasih kepada mereka. Apapun alasan mereka menghubungiku, hal itu menjadikanku paham tentang inti diriku yang masih diharapkan oleh seseorang. Tentang kebaikan dalam diriku. Tentang kenyamanan, tentang ketenangan, tentang pemahaman dan tentang mendengar yang dibutuhkan banyak orang. Menjadikanku sadar bahwa masih banyak orang yang mempercayaiku. Setidaknya begitu yang aku rasakan sampai saat ini. Aku bukanlah seorang Filsuf yang memahami kehidupan ini dengan cara pandang yang mencengangkan. Bukan p

Selesai.

Sudah ya, aku sudahi saja semua tentang kamu Semakin lucu saja diriku yang mengharap kamu, terkekeh sampai mampus jika aku terus berusaha tak menentu begini. Dee Lestari bilang dalam buku Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh; kalo cinta itu adalah pengalaman. Tentang keinginan manusia mengalami cinta. Setidaknya begitu. Aku ingin mengalaminya (lagi) dan semenyedihkan ini caraku untuk mengalaminya. Merindu. Sakit tau. Aku bukan si Kesatria bodoh (setidaknya untuk saat ini) yang memaksakan diri memiliki Putri yang seharusnya tak boleh dia miliki. Aku tak mau memaksamu, bahkan mungkin jika kamu relapun, aku tak mau (saat ini) untuk bersama. Kamu yang penting bahagia. Ya, kamu harus bahagia. Aku tidak mau bersamamu jika nantinya kamu tidak bahagia. Sederhana. Aku kesakitan menerima kenyataan. Tapi mimpiku yg liar lebih menakutkanku sebagai sang empunya mimpi. Aku takut jadi semakin sakit jika tak kulepaskan sekarang. Jadi, sudahlah. Hidup kita pasti akan lebih baik den

Rinduku penuh

Aku tidak paham lagi cara semesta mempermainkan rasa, begitu halus, tersirat, dan menggetarkan. Tiba - tiba temanku ingin ke Progo, sebuah tempat perbelanjaan di kota ini. Dimana aku langsung teringat akan beberapa hal tentangmu yang masih jadi tanya dan dari dulu ingin ku jawab. Aku penasaran apa benar kamu bekerja disana. Beberapa kali aku merencanakan untuk pergi kesana, setidaknya untuk melihatmu. Memuaskan rasa ingin tahuku, memuaskan kerinduanku, menjawab tanyaku dan hal lainnya. Jadi, sore hari tadi benar - benar aku memantapkan hati dan tubuhku untuk menuju tempat itu. Suatu tempat yang aku yakini akan membawaku semakin dekat denganmu. Tempat dimana kemungkinan untuk bertemu denganmu dan melihatmu atau bahkan berbincang denganmu, bisa terwujud. Sepanjang perjalanan menuju ke tempat itu, aku seakan terbang menuju mimpi - mimpi yang takut aku doakan untuk menjadi nyata. Aku memikirkan beberapa kemungkinan yang bisa saja terjadi. Seperti kamu yang mungkin saja bersem

Bagaimana?

Beberapa hari ini aku melihat kamu aktif di media sosial. Beberapa kali aku melihat perubahan di foto profil akun media sosial kamu. Dan lagi, aku selalu bertanya - tanya kepada angin yang selalu hadir, "Bagaimana kabarmu saat ini?" Seringkali aku terlibat percakapan dengan imaji-mu di pikiranku. Percakapan yang jelas tak pernah sampai terucapkan, pun ketika dulu kita masih punya kesempatan berbicara. Hanya kulakukan saat aku merindu kenangan. Menasehatimu, mengerti kemauanmu, membantumu, menenangkanmu, dalam khayal yang aku cipta sedemikian rupa sehingga engkau hadir dalamnya. Beberapa kali akalku berkata, "Apa aku cari saja keberadaannya, lalu kutemui dia?" Dan naluriku begitu usil mematahkan dengan pertanyaan sederhana, "Lalu mau apa saat kalian bertemu?" Pertanyaan yang sampai saat ini tidak pernah aku ketahui jawabannya. Tentang makna dibalik semua keinginanku kembali, tentang temu, tentang sapa yang selalu aku idamkan. Aku tak pernah mengena

9 April 2018

Aku juga tidak begitu tahu, perihal alasan aku masih begitu menginginkannya atau keinginan untuk membantunya, untuk membuatnya bahagia atau entah untuk apa. Aku belum tahu ada rencana apa yang disiapkan semesta untuk semua yang sudah ku lalui sampai saat ini. Hanya saja aku takut jika pada waktunya nanti aku belum siap menerima maksud semesta. Malam ini, mata ini aku paksa kembali melihatnya. Meskipun hanya sebuah foto yang tidak sengaja ku temukan. Nampak semua ingatan dan harapan yang dulu sempat ku tatap darinya. Dan lagi, bahwa dengan merasa begitu lemah aku menyadari bahwa aku belum sepenuhnya beranjak dari masa - masa itu. Belum sepenuhnya menerima, pun melupakan semuanya, tentang aku dan dia. Aku sedih menemukan diriku seperti terkungkung dalam memori yang kuciptakan, terkubur dalam ingatan tentang masa lalu yang harusnya sudah membebaskan. Hanya saja aku tidak bisa. Ya, aku tidak bisa. Jogja, dan setiap sudut - sudutnya serta jalanan panjang. Menjadi ingatan yang tak

Perihal Jiwa dan Raga

Pada sebuah waktu yang dihadirkan semesta, anganku sampai pada satu pemahaman mengenai rasa. Aku dibuat paham tentang rasa dari pesona raga dan rasa dari pesona jiwa, yang mana keduanya merupakan rasa dari seorang manusia. Aku akhirnya paham bahwa raganya merupakan perantara bagi ragaku untuk mengenali jiwa yang dibingkai sedemikian rupa sehingga memiliki pesona. Aku sampai pada pemahaman bahwa ada jiwa yang kemungkinan besar teralihkan oleh pandangan mata yang hanya melihat raga. Terkadang aku terpesona dengan jiwanya tanpa peduli bagaimana raganya. Lebih seringnya mataku tersipu melihat pesona raganya bahkan sebelum aku menemui nyaman dengan jiwanya. Ada mata yang perlu kujaga, agar tak sekedar terpikat pesona raga. Menjadi buta perihal raga dan menjadi yang selalu terjaga untuk menikmati rasa dalam jiwa.

Senja

Senja Senja menjadi pemeluk paling nyaman Ketika lelah menyapa kepulangan Menjadi cara melepas penat Semua harap yang bergerak cepat Senja menjadi sambutan paling indah Pada malam yang kian merekah Menjadi pengantar cerita samar Sang penulis yang berdebar - debar Senja ialah lambang kerinduan Akan harapan menjadi keraguan Menjadi pengingat tentang rasa Perihal kita yang semestinya bahagia

Canda semesta

Nampaknya semesta senang sekali bercanda, kali ini dengan tiba - tiba dia mengirimkan namamu di tengah perjalanan pulang. Tidak cukup sampai disitu, aku dibuatnya berbincang denganmu dalam rindu yang semesta kirimkan. Sungguh, kali ini semesta terlalu parah mempermainkan rinduku. Ketika sedang mencari - cari sebuah dokumen kuliah, aku dihadapkan dengan selembar kertas penuh makna. Aku sedang tak mau menuruti semesta. Mencoba menghentikan candanya yang tak pernah lucu bagiku. Malah membuatku sendu dengan candanya yang bermaksud menggodaku. Ku tutup canda dari semesta dengan salam rindu, semoga engkau disana tak pernah dilanda rindu. Karena kau tahu, aku selalu menerima rindumu, tak seperti aku yang tak dirindu mu.

Undefined

Saat ini pikiranku terlalu egois, memaksa untuk memenuhi diriku dengan dirinya Mengelana setelah pintunya dibuka-buka dengan paksa. Memikirkan segala kemungkinan yang sekiranya perlu diberi makna Malah menjadi beban ketika naluriku menolak berkuasa Seakan mengiyakan pikirku saat ini untuk menjadi penguasa Kita mungkin di ijinkan semesta untuk menerima luka pada hal yang serupa Naluriku menolak untuk menerima pikirku yang berkata mungkin kita sama Aku cukup pada diriku saat ini yang sedang tak berharap pada siapa, pun mencoba - coba perihal apa Aku ingin menyenangkan diriku yang sendu Untuk waktu yang tak pernah ku tahu Semesta mengijinkan kita memilih apa yang dia sediakan Menjalin harapan atau saling melupakan Menuju masing - masing jalan Aku sedang tidak tahu, mungkin juga menolak tahu Karena saat aku tahu, aku ragu untuk mengatakan tahu Ini tentang aku, mungkin suatu saat tidak sama Mungkin nanti perihal kita, yang akan berubah juga Menjadi bersama atau saling melup

Untuk: Asa Yang Pernah Ku Harap

Padamu dulu, ku sematkan setiap doa Untuk bertumbuh dan berbunga, Berharap ada hari kita menua Menyesap nikmat dan bahagia. Padamu dulu, ku pendam segala emosi Agar tak sekedar menuntut dipenuhi, Menahan diri agar tak melukai Meski harus terluka sendiri. Padamu kini, ku coba beri makna Tentang kepergian yang tak ku sangka Tentang aku yang masih menduga, Pada sepasang kaki yang menolak bersama. Padamu kini, ku kirimkan janji Hati yang ku jaga sendiri Rasa yang ku tolak kembali Untuk menjaga asa yang ku hargai. Kepada semesta, ku semogakan segala harap untuk asa ini agar sepi, berhenti dan berbenah diri. -topengmalam-

Untuk: Semesta

Kusatukan jemariku sambil ku memejam Merapal kata, kutujukan pada semesta Aku percaya semesta punya caranya, Untuk menjadikan irama kita sama Mungkin sekadar sama, Pun aku tak keberatan untuk bersama Aku percaya semesta punya cara, Menerima rangkaian kata dalam doa Yang kutujukan pada seseorang disana Untuk sekadar mendengar doa, Menerimanya dan mewujudkannya Aku percaya semesta punya cara, Mendewasakan nurani dan akal kita Yang sedang mencoba menahan kata Menunggu saat yang tepat untuk berkata Atau sekadar bersiap untuk saling terluka Ku tutup kata untuk semesta, Perihal harap yang kusemogakan nyatanya Dari aku yang sedang menunggu kata - kata -topengmalam-

Tentang

Tentang dua guratan nyawa yang menolak menyatu, Kepada semesta aku mengadu. Tentang dua pasang mata yang menolak temu, Kepada semesta aku bertumpu. Tentang ruang diantara diam mulutku, Kepada semesta mulutku sendu. Tentang aku dan diriku selain kamu. -topengmalam-

Kembali sejenak

Bisakah kita kembali sebentar saja? Menyelesaikan semuanya dengan baik Agar tak ada dari kita yang pergi dan terluka Atau ditinggalkan dan merana Kembali sejenak sebagai jiwa yang siap merela Membagi emosi dengan bijak Agar beban menjadi lega Aku tidak tahu kapan aku siap menemuimu Mengatakan aku sudah baik baik saja tanpamu Atau sekedar kebetulan kebetulan yang semesta cipta Untuk menguji hati apa sudah siap dicobai

Semesta

Biarlah semesta menyampaikan maknanya Merapalkan kata tak terduga Yang selalu gagal aku cerna Semesta bekerja dengan cara kesukaannya Memainkan detak jantungku Sesaat sebuah nama dimunculkan dalam kepalaku -topengmalam-

Aku masih menginginkan seseorang

Aku bukan sedang tak menginginkan siapapun Aku hanya tak menginginkan luka Yang aku sadari hadirnya bersamaan Dengan waktu yang membawaku meletakkan hati pada seseorang Jadi ini bukan soal orangnya Tapi luka yang nantinya ada Entah ketika realita menghujam ekspektasi dengan ketidakmampuannya memenuhi janji Atau sekedar ditinggalkan sesaat setelah langkah rehat dari berjuang Aku tetap menginginkan seseorang Yang berjanji bukan untuk tidak melukai Tapi berjanji ketika melukai akan mencari cara untuk mengobati Karena berkelana mencari rumah itu lelah Beradaptasi dengan tempat tinggal baru selalu tidak mudah Dan bagiku itu susah Maka jika aku sudah menemukanmu sebagai rumah Ijinkan aku menetap Atau aku akan kehilangan rumah Selamanya -topengmalam-

Rindu

Rindu itu racun bagi nurani Yang mencoba melupa memori Menyita harap Yang sedang dipaksa lelap Aku bukan lagi merindu Tapi sedang mengharap dalam haru Menumbuhkan harap patah Ditengah jiwa yang lelah Ternyata merindu itu kesalahan Bagi mereka yang patah dan terabaikan Merindu dan tak dirindu itu sendu Merindu dan dirindu hanyalah halu Jamahan angin ditelingaku berbisik Mengingatkanku agar tak berbalik Nalarku kelu mengingat rindu Nurani merajuk meminta kamu Dari lelaki patah yang merindu namun tak dirindu -topengmalam-

Perihal Menunggu

Rotasi waktu tak pernah mau menunggu Putarannya konstan tak terhalang barang satu Menunggu itu menanti waktu Berharap temu yang diselimuti ragu Raga dan Jiwa ku seakan dibiasakan menunggu Menunggu itu tentang komitmen ku terhadap waktu Aku yang menjanjikan temu Kepada ragu Ragaku agaknya kecut Pada tak acuhnya dirimu Terhadap waktu Padahal kau tahu Ia tak pernah mau menunggu Tak ada yang benar - benar berhenti Bahkan menunggu pun aku tak berhenti Nuraniku liar mencari Akal ku pun tak kalah mendominasi Menggagahi pikirku agar pergi Tahukah dirimu perihal menunggu? Perihal ragu Perihal melagu selagi menunggu Perihal tentu yang semu Mereka yang tak acuh akan waktu Semoga tak dibuatnya malu Kala waktu bergegas melaju Meninggalkan ragu mu yang bisu Semoga kelak kau cakap memahami waktu Menyelami tiap raga yang mau menunggu Raga yang pikirnya kukuh Kendati di hajar terjangan ragu Jangan mengundang waktu yang tak mau menunggu D

Mengingat kamu

Aku pernah mencoba menahan tangis Dihadapan seorang yang amat kucintai dan kusayangi Harusnya aku sudah tidak memiliki rasa itu Harusnya aku sudah biasa saja mengingat setiap keping memori kami Saat itu… Yang bisa aku lakukan hanya mencoba mencerna kalimatnya Mencoba membangun realita Sambil terus menekan rasa sakit yang mulai timbul Yang entah dimana letaknya secara pasti Jika ada cermin saat itu, aku tahu air mukaku sudah tidak lagi damai Ada kebingungan, kekagetan, keheranan, kemarahan, kesedihan, dan lainnya Dan beberapa kalimat yang entah mengapa juga aku ungkapkan saat itu Yang malah menambah kekeruhan pikirku saat mendengar dia menjawab apa yang aku ucapkan Saat itu aku ingin mengungkapkan betapa rindunya aku Ingin ku katakan bahwa saat itu aku sedang rindu – rindunya Aku ingin mengatakan bahwa aku sedang mencoba memperbaiki diri saat itu Aku ingin memaksa aku tidak mau perpisahan terjadi saat itu Bahkan sampai saat ini, disetiap pulangku