Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Half of Me

Ada bagian dari diriku yang selalu ingin berjuang Memperbaiki kita yang kata mereka telah usang Ada bagian diriku yang memaksa untuk tidak menyerah begitu saja Berusaha mengembalikan apa yang dulu pernah disebut kita Aku mengerti, bukan aku yang terbaik bagimu Aku mengerti, semua ungkapan ini terlalu drama bagimu Aku tidak tahu apakah kamu juga memikul rindu seberat ini atau menahan diri sekeras aku mencoba untuk tidak mengganggu mu dengan hadirku Aku tidak tahu Aku takut Aku menyerah pada sesuatu yang harus kuperjuangkan Aku takut pula Jika aku mengeraskan diri untuk berjuang pada apa yang harus ku lepaskan Aku merasa terlalu tidak adil jika aku merasakan semua ini dan mengalaminya sendirian Pun aku tak mau jika dirimu terluka karna terbebani Aku membutuhkan waktu untuk berkata-kata, mengungkapkan semua, berbicara Tapi semua cara sudah tak bisa ku coba Aku mengerti. Hanya saja aku tidak tahu harus apa, aku tidak tahu kapan aku harus berhenti.

Cantik??

Ada satu hal yang menjadikan ku ingin memikirkannya lebih lagi akhir-akhir ini. Tentang "body goals" yang masih banyak di idam-idamkan oleh teman-teman wanitaku. Konsep cantik, menarik, attractive, dan sempurna bagi wanita yang sebenarnya sangat-sangat dangkal. Namun, sayangnya masih dipegang bahkan diperjuangkan oleh beberapa wanita sedemikian rupa. Cantik. Sejak kita lahir dan mulai tumbuh besar, masyarakat disekitar kita menanamkan konsep cantik yang dengan mentah-mentah kita telan dan kita percaya begitu saja. Tubuh langsing, rambut panjang dan ikal, warna kulit yang putih cerah berkilau, tinggi semampai, wajah bersih tanpa jerawat, hidung mancung, pipi tirus, bibir tebal, alis mata tebal dan simetris sedemikian rupa, bulu mata lentik dan lebat, kaki jenjang, pinggul besar, payudara besar, pantat besar, perut rata, dan semua rincian yang bahkan jika ditarik kebelakang tidak pernah ada yang tahu konsepnya mulai dari mana dan siapa yang mencetuskan. Peran media massa, ikl

Mimpi

16 April 2018 : Sebuah notifikasi masuk kedalam inbox akun Gmailku. Betapa terkejutnya aku mendapatkan kabar bahwa abstrak yang aku kirimkan untuk konferensi di AIDS2018 yang dilaksanakan di Amsterdam, lolos untuk presentasi poster. Aku ingat betul betapa bahagianya saat itu, karya tulis yang sedianya hanya untuk prasyarat kelulusan tingkat S1 dapat diterima di sebuah konferensi Global, meskipun hanya untuk presentasi poster. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa. Aku larut dalam haru, ku kabari orangtuaku, dosen pembimbingku dan orang-orang terdekatku. Aku berterimakasih kepada mereka semua. Berterimakasih atas kebaikan semesta menyadarkanku bahwa aku begitu layak dan berhak atas bahagia. Setelahnya yang aku khawatirkan adalah permasalahan biaya. Jujur saja, dengan penghasilan Ibuku yang saat ini satu-satunya mendapatkan penghasilan aktif dan deposito Bapak yang tidak seberapa serta tanggungan ku untuk kedepan masih dan akan begitu banyak, aku begitu mengkhawatirkan hal yang satu ini.