Aku merenung dalam sunyi, mengakui hati yang terluka,
Dada ini sesak, es dingin membelenggu, rasa tak terbuka.
Meski amarah berusaha melebur beku yang menyiksa,
Air mata pun tak mampu, sesak tetap saja menguasa.
Kadang kulepas seseorang, tanpa pesan atau kata,
Hilang begitu saja, tanpa alasan yang terungkap nyata.
Mungkin kini mereka rasakan, apa yang kurasakan sendiri,
Baru kusadari saat ini, saat posisi kita terbalik nanti.
Bukan tanpa alasan, diri ini terbelenggu penyesalan,
Meratapi kesalahan, dalam diam dan keheningan.
Satu pertemuan, segalanya tampak sempurna,
Kehadiranmu, kehadiranku, tanpa ada yang menolaknya.
Semalaman kujaga, agar tidurmu lelap tanpa gangguan,
Dalam dekapan, dalam selimut hangat pelukan.
Mungkin kau tak nyaman, atau mungkin juga tidak,
Kau balas pelukanku, erat, hangat, tak ingin lepas lagi.
Namun kini semua hilang, hanya tinggal kenangan,
Bagaikan kapal yang menolak untuk berlayar jauh,
Berusaha lepas dari jangkar, namun tetap saja terikat.
Maafkanlah,
Jika semua tak seperti yang kau impikan,
Jika kehadiranku tak seindah harapan,
Jika apa yang kita bina, tak sesuai dengan pikiran.
Maafkanlah,
Jika aku terlalu cepat, atau mungkin terlalu lambat.
Tak pernah ada keraguan,
Sejak aku menyentuh garis waktu yang kau ukir,
Kini hanya kenangan, yang terpahat abadi.
Komentar
Posting Komentar
Penulis dengan senang hati menerima setiap respon di kolom komentar, terimakasih sudah membaca dan terimakasih banyak jika berkenan meninggalkan jejak anda di komentar :)