Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Mereka-mereka yang percaya

Aku sangat bersyukur dan bahagia ketika ada beberapa orang yang begitu percayanya dengan aku, setidaknya untuk beberapa hal. Mereka yang menemuiku ketika mendapatkan kesulitan dalam perkuliahan. Mereka yang mencoba menjangkau ku ketika mereka membutuhkan teman bicara. Mereka yang menghubungiku ketika mereka sedang bingung dengan hidupnya. Mereka yang sedang merasa patah hati karena seseorang berbuat tidak menyenangkan pada dirinya. Aku sangat-sangat perlu mengucapkan terimakasih kepada mereka. Apapun alasan mereka menghubungiku, hal itu menjadikanku paham tentang inti diriku yang masih diharapkan oleh seseorang. Tentang kebaikan dalam diriku. Tentang kenyamanan, tentang ketenangan, tentang pemahaman dan tentang mendengar yang dibutuhkan banyak orang. Menjadikanku sadar bahwa masih banyak orang yang mempercayaiku. Setidaknya begitu yang aku rasakan sampai saat ini. Aku bukanlah seorang Filsuf yang memahami kehidupan ini dengan cara pandang yang mencengangkan. Bukan p

Selesai.

Sudah ya, aku sudahi saja semua tentang kamu Semakin lucu saja diriku yang mengharap kamu, terkekeh sampai mampus jika aku terus berusaha tak menentu begini. Dee Lestari bilang dalam buku Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh; kalo cinta itu adalah pengalaman. Tentang keinginan manusia mengalami cinta. Setidaknya begitu. Aku ingin mengalaminya (lagi) dan semenyedihkan ini caraku untuk mengalaminya. Merindu. Sakit tau. Aku bukan si Kesatria bodoh (setidaknya untuk saat ini) yang memaksakan diri memiliki Putri yang seharusnya tak boleh dia miliki. Aku tak mau memaksamu, bahkan mungkin jika kamu relapun, aku tak mau (saat ini) untuk bersama. Kamu yang penting bahagia. Ya, kamu harus bahagia. Aku tidak mau bersamamu jika nantinya kamu tidak bahagia. Sederhana. Aku kesakitan menerima kenyataan. Tapi mimpiku yg liar lebih menakutkanku sebagai sang empunya mimpi. Aku takut jadi semakin sakit jika tak kulepaskan sekarang. Jadi, sudahlah. Hidup kita pasti akan lebih baik den

Rinduku penuh

Aku tidak paham lagi cara semesta mempermainkan rasa, begitu halus, tersirat, dan menggetarkan. Tiba - tiba temanku ingin ke Progo, sebuah tempat perbelanjaan di kota ini. Dimana aku langsung teringat akan beberapa hal tentangmu yang masih jadi tanya dan dari dulu ingin ku jawab. Aku penasaran apa benar kamu bekerja disana. Beberapa kali aku merencanakan untuk pergi kesana, setidaknya untuk melihatmu. Memuaskan rasa ingin tahuku, memuaskan kerinduanku, menjawab tanyaku dan hal lainnya. Jadi, sore hari tadi benar - benar aku memantapkan hati dan tubuhku untuk menuju tempat itu. Suatu tempat yang aku yakini akan membawaku semakin dekat denganmu. Tempat dimana kemungkinan untuk bertemu denganmu dan melihatmu atau bahkan berbincang denganmu, bisa terwujud. Sepanjang perjalanan menuju ke tempat itu, aku seakan terbang menuju mimpi - mimpi yang takut aku doakan untuk menjadi nyata. Aku memikirkan beberapa kemungkinan yang bisa saja terjadi. Seperti kamu yang mungkin saja bersem

Bagaimana?

Beberapa hari ini aku melihat kamu aktif di media sosial. Beberapa kali aku melihat perubahan di foto profil akun media sosial kamu. Dan lagi, aku selalu bertanya - tanya kepada angin yang selalu hadir, "Bagaimana kabarmu saat ini?" Seringkali aku terlibat percakapan dengan imaji-mu di pikiranku. Percakapan yang jelas tak pernah sampai terucapkan, pun ketika dulu kita masih punya kesempatan berbicara. Hanya kulakukan saat aku merindu kenangan. Menasehatimu, mengerti kemauanmu, membantumu, menenangkanmu, dalam khayal yang aku cipta sedemikian rupa sehingga engkau hadir dalamnya. Beberapa kali akalku berkata, "Apa aku cari saja keberadaannya, lalu kutemui dia?" Dan naluriku begitu usil mematahkan dengan pertanyaan sederhana, "Lalu mau apa saat kalian bertemu?" Pertanyaan yang sampai saat ini tidak pernah aku ketahui jawabannya. Tentang makna dibalik semua keinginanku kembali, tentang temu, tentang sapa yang selalu aku idamkan. Aku tak pernah mengena

9 April 2018

Aku juga tidak begitu tahu, perihal alasan aku masih begitu menginginkannya atau keinginan untuk membantunya, untuk membuatnya bahagia atau entah untuk apa. Aku belum tahu ada rencana apa yang disiapkan semesta untuk semua yang sudah ku lalui sampai saat ini. Hanya saja aku takut jika pada waktunya nanti aku belum siap menerima maksud semesta. Malam ini, mata ini aku paksa kembali melihatnya. Meskipun hanya sebuah foto yang tidak sengaja ku temukan. Nampak semua ingatan dan harapan yang dulu sempat ku tatap darinya. Dan lagi, bahwa dengan merasa begitu lemah aku menyadari bahwa aku belum sepenuhnya beranjak dari masa - masa itu. Belum sepenuhnya menerima, pun melupakan semuanya, tentang aku dan dia. Aku sedih menemukan diriku seperti terkungkung dalam memori yang kuciptakan, terkubur dalam ingatan tentang masa lalu yang harusnya sudah membebaskan. Hanya saja aku tidak bisa. Ya, aku tidak bisa. Jogja, dan setiap sudut - sudutnya serta jalanan panjang. Menjadi ingatan yang tak

Perihal Jiwa dan Raga

Pada sebuah waktu yang dihadirkan semesta, anganku sampai pada satu pemahaman mengenai rasa. Aku dibuat paham tentang rasa dari pesona raga dan rasa dari pesona jiwa, yang mana keduanya merupakan rasa dari seorang manusia. Aku akhirnya paham bahwa raganya merupakan perantara bagi ragaku untuk mengenali jiwa yang dibingkai sedemikian rupa sehingga memiliki pesona. Aku sampai pada pemahaman bahwa ada jiwa yang kemungkinan besar teralihkan oleh pandangan mata yang hanya melihat raga. Terkadang aku terpesona dengan jiwanya tanpa peduli bagaimana raganya. Lebih seringnya mataku tersipu melihat pesona raganya bahkan sebelum aku menemui nyaman dengan jiwanya. Ada mata yang perlu kujaga, agar tak sekedar terpikat pesona raga. Menjadi buta perihal raga dan menjadi yang selalu terjaga untuk menikmati rasa dalam jiwa.

Senja

Senja Senja menjadi pemeluk paling nyaman Ketika lelah menyapa kepulangan Menjadi cara melepas penat Semua harap yang bergerak cepat Senja menjadi sambutan paling indah Pada malam yang kian merekah Menjadi pengantar cerita samar Sang penulis yang berdebar - debar Senja ialah lambang kerinduan Akan harapan menjadi keraguan Menjadi pengingat tentang rasa Perihal kita yang semestinya bahagia

Canda semesta

Nampaknya semesta senang sekali bercanda, kali ini dengan tiba - tiba dia mengirimkan namamu di tengah perjalanan pulang. Tidak cukup sampai disitu, aku dibuatnya berbincang denganmu dalam rindu yang semesta kirimkan. Sungguh, kali ini semesta terlalu parah mempermainkan rinduku. Ketika sedang mencari - cari sebuah dokumen kuliah, aku dihadapkan dengan selembar kertas penuh makna. Aku sedang tak mau menuruti semesta. Mencoba menghentikan candanya yang tak pernah lucu bagiku. Malah membuatku sendu dengan candanya yang bermaksud menggodaku. Ku tutup canda dari semesta dengan salam rindu, semoga engkau disana tak pernah dilanda rindu. Karena kau tahu, aku selalu menerima rindumu, tak seperti aku yang tak dirindu mu.

Undefined

Saat ini pikiranku terlalu egois, memaksa untuk memenuhi diriku dengan dirinya Mengelana setelah pintunya dibuka-buka dengan paksa. Memikirkan segala kemungkinan yang sekiranya perlu diberi makna Malah menjadi beban ketika naluriku menolak berkuasa Seakan mengiyakan pikirku saat ini untuk menjadi penguasa Kita mungkin di ijinkan semesta untuk menerima luka pada hal yang serupa Naluriku menolak untuk menerima pikirku yang berkata mungkin kita sama Aku cukup pada diriku saat ini yang sedang tak berharap pada siapa, pun mencoba - coba perihal apa Aku ingin menyenangkan diriku yang sendu Untuk waktu yang tak pernah ku tahu Semesta mengijinkan kita memilih apa yang dia sediakan Menjalin harapan atau saling melupakan Menuju masing - masing jalan Aku sedang tidak tahu, mungkin juga menolak tahu Karena saat aku tahu, aku ragu untuk mengatakan tahu Ini tentang aku, mungkin suatu saat tidak sama Mungkin nanti perihal kita, yang akan berubah juga Menjadi bersama atau saling melup