Aku
pernah mencoba menahan tangis
Dihadapan
seorang yang amat kucintai dan kusayangi
Harusnya
aku sudah tidak memiliki rasa itu
Harusnya
aku sudah biasa saja mengingat setiap keping memori kami
Saat
itu…
Yang
bisa aku lakukan hanya mencoba mencerna kalimatnya
Mencoba
membangun realita
Sambil
terus menekan rasa sakit yang mulai timbul
Yang
entah dimana letaknya secara pasti
Jika
ada cermin saat itu, aku tahu air mukaku sudah tidak lagi damai
Ada
kebingungan, kekagetan, keheranan, kemarahan, kesedihan, dan lainnya
Dan
beberapa kalimat yang entah mengapa juga aku ungkapkan saat itu
Yang
malah menambah kekeruhan pikirku saat mendengar dia menjawab apa yang aku
ucapkan
Saat
itu aku ingin mengungkapkan betapa rindunya aku
Ingin
ku katakan bahwa saat itu aku sedang rindu – rindunya
Aku
ingin mengatakan bahwa aku sedang mencoba memperbaiki diri saat itu
Aku
ingin memaksa aku tidak mau perpisahan terjadi saat itu
Bahkan
sampai saat ini, disetiap pulangku
Aku
selalu melalui tempat perpisahan itu
Rasa
perih yang seharusnya sudah hilang, masih dapat kurasakan saat mengingatnya
Gambaran
nya masih jelas di benakku
Tingkahnya,
raut mukanya, suaranya, aku mengingatnya dan merindukannya
Bimbang
yang aku rasakan
Memaksakan
hubungan membuatnya tak nyaman
Mengakhiri
hubungan membuatku tak nyaman
Tapi
bagaimana…
Perbincangan
saat itu bukanlah sebuah diskusi
Tapi
pembuatan keputusan sepihak
Yang
mau tidak mau harus aku setujui
Toh
kalaupun aku tidak setuju
Dia
tetap akan melakukannya tanpa persetujuanku
Dia
yang membuatku belajar membahagiakan seseorang dengan hal kecil hingga sesuatu
yang tak ternilai rupiah
Yang
membuatku belajar memahami seseorang
Jauh
lebih dalam dan tanpa memaksa meminta dipahami
Hal
– hal yang nampaknya bodoh
Tapi
perlu dipahami oleh setiap insan yang terlibat dalam perkara cinta
Hari
– hari bersamanya “setidaknya” aku merasakan ada cinta yang bisa ku bagi dan
kuterima
Dimana
aku bersemangat menyambut pagi untuknya
Melakukan
sesuatu dan membuat senyumnya merekah
Meski
aku sadar, senyum itu sangat langka aku dapatkan
Aku
bukanlah senandung favorit untuk dia dengarkan ketika dia bosan
Aku
bukanlah bacaan favorit untuk dia baca
Aku
bukanlah tontonan favorit untuk dia lihat ketika dia perlu hiburan
Aku
hanya senandung yang suka dia komentari karena suaraku cukup mengganggunya
Aku
hanya cerita membosankan karena aku lebih sering diam
Aku
hanya tontonan yang membuatku paham bahwa penampilanku sangat tidak pantas
Senang
rasanya mengingat bahwa kami pernah bersama
Beberapa
tempat di kota romansa ini selalu kuingat
Tempat
pertama aku bertemu dengannya, di dekat tempat ibadah dan suara teman –
temannya
Tempat
dimana dia menerima coklat pertama dariku
Tempat
dimana dia mendengar ungkapan perasaan ku yang pertama
Tempat
dimana aku menunggunya sebelum mengantarkannya ke sekolah
Tempat
dimana aku menurunkannya dekat gerbang sekolah
Tempat
dimana aku menjemputnya sepulang sekolah yang mengundang pertanyaan dari teman
– temannya
Tempat
dimana dia mendapatkan sebuah buku dan menuliskan sesuatu di dalamnya yang tak
boleh ku lihat
Tempat
dimana aku terlambat menjemputnya di sore menjelang malam saat dia melakukan
pemotretan buku tahunan
Tempat
dimana aku dan dia menikmati pagi di sebuah restoran cepat saji
Tempat
dimana dia membeli pakaian untuk keperluan pemotretan buku tahunan
Tempat
dimana aku mengantarkan dia ke lokasi pemotretan, dimana dia sempat mengajakku
masuk untuk mengantarnya, tapi teman – temannya sudah datang, jadi dia tak jadi
mengajakku masuk
Tempat
dimana dia berencana belajar bahasa untuk impiannya belajar di luar negeri
Tempat
di kamarku dimana dia menungguku sebelum ku antar dia pulang
Tempat
dimana aku menunggunya sepulang sekolah, sampai hujan mengguyur, dan aku harus
kembali pulang untuk mengambil jas hujan agar dia tidak basah
Tempat
dimana aku mengantarnya sore gerimis itu
Tempat
dimana aku mengajaknya menonton, tapi dia tak mau, akhirnya kami hanya makan,
lalu pulang lagi.
Tempat
dimana dia memintaku diantar ke layanan kesehatan untuk mendapat pengobatan
Tempat
dimana dia ku antarkan periksa ke layanan kesehatan yang lebih baik, sehingga
dia akhirnya sembuh
Tempat
dimana aku mengingatkannya untuk meminum obat secara teratur
Tempat
dimana setelah beberapa hari tak berjumpa, dia ingin bertemu dan membicarakan
sesuatu, yang ternyata menjadi tempat perpisahan kami
Tempat
dimana aku mencoba memastikan dia pulang dengan aman saat aku tak bisa
mengantarnya untuk terakhir kali
Tempat
dimana aku berjumpa lagi dengannya setelah waktu yang cukup lama
Dan
menjadi tempat terakhir kami bertemu hingga saat ini
Setelah
kuserahkan sebuah buku bergambar wajahnya dan negara impiannya
Buku
itu,
Aku
pun harus berbohong demi bisa memberikannya secara langsung dan dapat
melihatnya lagi
Buku
itu sudah kurencanakan sejak lama
Namun,
waktu tak mau kompromi dengan urusan kami
Dia
mempercepat hubungan kami
Sebelum
sempat aku mengucapkan selamat berulangtahun sebagai kekasihnya
Saat
itu, tepat di tempat kamu mengambil buku itu
Setelah
kau kembali ke rumahmu
Ku
sempatkan berhenti, menengok dari cermin di motorku
Berharap
kamu akan melihatku untuk yang terakhir kali dan tersenyum kepadaku
Tapi
sampai saat ini, itu tetap menjadi harapan yang tak sampai
Sampai
sekarang aku yang memaksa lelah
Hanya
untuk berhenti dan menoleh bahkan menikmati waktu – waktu kita dulu
Waktu
aku dan kamu masih mau berusaha menerima
Sebelum
kamu yang merupakan bagian dari “kita” memutuskan menyerah
Aku
sudah tidak percaya diri
Akan
adanya kesempatan kedua
Aku
yakin
Dimanapun
kau disana
Kamu
masih lebih jauh dariku
Kita,
akan menjadi hal yang paling kau takuti untuk menjadi nyata di hari – hari
nanti
Aku
berusaha, memastikan
Kita,
tak perlu kau khawatirkan
Aku
sudah tidak kuasa berlagak percaya diri
Bahwa
suatu hari, kamu dan aku menjadi kita
Hanya
aka nada aku, yang mengagumi dirimu
Dan
memori tentangmu
Tanpa
kamu.
Tulisan
ini, menjadi sebuah harapan bagiku
Untuk
pikirku agar melupakan mu
Untuk
jiwaku agar merelakanmu
Selamat
malam, jika aku masih boleh memanggilmu “sayang” untuk yang terakhir.
Untuk S.R.B.S.K.
Julian
31/01/2018
Komentar
Posting Komentar
Penulis dengan senang hati menerima setiap respon di kolom komentar, terimakasih sudah membaca dan terimakasih banyak jika berkenan meninggalkan jejak anda di komentar :)