Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Untuk: Asa Yang Pernah Ku Harap

Padamu dulu, ku sematkan setiap doa Untuk bertumbuh dan berbunga, Berharap ada hari kita menua Menyesap nikmat dan bahagia. Padamu dulu, ku pendam segala emosi Agar tak sekedar menuntut dipenuhi, Menahan diri agar tak melukai Meski harus terluka sendiri. Padamu kini, ku coba beri makna Tentang kepergian yang tak ku sangka Tentang aku yang masih menduga, Pada sepasang kaki yang menolak bersama. Padamu kini, ku kirimkan janji Hati yang ku jaga sendiri Rasa yang ku tolak kembali Untuk menjaga asa yang ku hargai. Kepada semesta, ku semogakan segala harap untuk asa ini agar sepi, berhenti dan berbenah diri. -topengmalam-

Untuk: Semesta

Kusatukan jemariku sambil ku memejam Merapal kata, kutujukan pada semesta Aku percaya semesta punya caranya, Untuk menjadikan irama kita sama Mungkin sekadar sama, Pun aku tak keberatan untuk bersama Aku percaya semesta punya cara, Menerima rangkaian kata dalam doa Yang kutujukan pada seseorang disana Untuk sekadar mendengar doa, Menerimanya dan mewujudkannya Aku percaya semesta punya cara, Mendewasakan nurani dan akal kita Yang sedang mencoba menahan kata Menunggu saat yang tepat untuk berkata Atau sekadar bersiap untuk saling terluka Ku tutup kata untuk semesta, Perihal harap yang kusemogakan nyatanya Dari aku yang sedang menunggu kata - kata -topengmalam-

Tentang

Tentang dua guratan nyawa yang menolak menyatu, Kepada semesta aku mengadu. Tentang dua pasang mata yang menolak temu, Kepada semesta aku bertumpu. Tentang ruang diantara diam mulutku, Kepada semesta mulutku sendu. Tentang aku dan diriku selain kamu. -topengmalam-

Kembali sejenak

Bisakah kita kembali sebentar saja? Menyelesaikan semuanya dengan baik Agar tak ada dari kita yang pergi dan terluka Atau ditinggalkan dan merana Kembali sejenak sebagai jiwa yang siap merela Membagi emosi dengan bijak Agar beban menjadi lega Aku tidak tahu kapan aku siap menemuimu Mengatakan aku sudah baik baik saja tanpamu Atau sekedar kebetulan kebetulan yang semesta cipta Untuk menguji hati apa sudah siap dicobai

Semesta

Biarlah semesta menyampaikan maknanya Merapalkan kata tak terduga Yang selalu gagal aku cerna Semesta bekerja dengan cara kesukaannya Memainkan detak jantungku Sesaat sebuah nama dimunculkan dalam kepalaku -topengmalam-

Aku masih menginginkan seseorang

Aku bukan sedang tak menginginkan siapapun Aku hanya tak menginginkan luka Yang aku sadari hadirnya bersamaan Dengan waktu yang membawaku meletakkan hati pada seseorang Jadi ini bukan soal orangnya Tapi luka yang nantinya ada Entah ketika realita menghujam ekspektasi dengan ketidakmampuannya memenuhi janji Atau sekedar ditinggalkan sesaat setelah langkah rehat dari berjuang Aku tetap menginginkan seseorang Yang berjanji bukan untuk tidak melukai Tapi berjanji ketika melukai akan mencari cara untuk mengobati Karena berkelana mencari rumah itu lelah Beradaptasi dengan tempat tinggal baru selalu tidak mudah Dan bagiku itu susah Maka jika aku sudah menemukanmu sebagai rumah Ijinkan aku menetap Atau aku akan kehilangan rumah Selamanya -topengmalam-

Rindu

Rindu itu racun bagi nurani Yang mencoba melupa memori Menyita harap Yang sedang dipaksa lelap Aku bukan lagi merindu Tapi sedang mengharap dalam haru Menumbuhkan harap patah Ditengah jiwa yang lelah Ternyata merindu itu kesalahan Bagi mereka yang patah dan terabaikan Merindu dan tak dirindu itu sendu Merindu dan dirindu hanyalah halu Jamahan angin ditelingaku berbisik Mengingatkanku agar tak berbalik Nalarku kelu mengingat rindu Nurani merajuk meminta kamu Dari lelaki patah yang merindu namun tak dirindu -topengmalam-