Langsung ke konten utama

Rinduku penuh

Aku tidak paham lagi cara semesta mempermainkan rasa, begitu halus, tersirat, dan menggetarkan.
Tiba - tiba temanku ingin ke Progo, sebuah tempat perbelanjaan di kota ini. Dimana aku langsung teringat akan beberapa hal tentangmu yang masih jadi tanya dan dari dulu ingin ku jawab.

Aku penasaran apa benar kamu bekerja disana. Beberapa kali aku merencanakan untuk pergi kesana, setidaknya untuk melihatmu. Memuaskan rasa ingin tahuku, memuaskan kerinduanku, menjawab tanyaku dan hal lainnya.

Jadi, sore hari tadi benar - benar aku memantapkan hati dan tubuhku untuk menuju tempat itu. Suatu tempat yang aku yakini akan membawaku semakin dekat denganmu. Tempat dimana kemungkinan untuk bertemu denganmu dan melihatmu atau bahkan berbincang denganmu, bisa terwujud.

Sepanjang perjalanan menuju ke tempat itu, aku seakan terbang menuju mimpi - mimpi yang takut aku doakan untuk menjadi nyata. Aku memikirkan beberapa kemungkinan yang bisa saja terjadi. Seperti kamu yang mungkin saja bersembunyi mengetahui keberadaanku disana. Atau kamu yang mengacuhkan ku begitu saja atau aku yang menyapamu dan kau marahi karena mengganggu kamu. Atau hal - hal lain yang sebenarnya lebih kepada ketakutan - ketakutanku.

Sesampainya disana pikirku semakin menggila hidup dalam khayal. Mempercepat denyut nadiku hingga sedikit membuat napas ku sesak. Membuatku sedikit salah tingkah. Bahkan membuat mataku tak berhenti mengharap keberadaanmu tertangkap.

Khayalku tersadarkan ketika aku harus melangkah keluar dan tidak mendapati keberadaanmu disana. Langkah patah yang mengiringi kekecewaanku terhadap ekspektasi yang ku ciptakan sendiri. Memaki diriku sendiri karena begitu gigih mewujudkan khayalku. Berakhir pada kerinduan, harapan, dan kekecewaan.

Kepada engkau dimanapun ragamu hidup saat ini, aku, aku merindumu. Sekali lagi aku ingin menyampaikan maaf untuk aku yang masih berusaha menyentuhmu. Aku minta maaf jika pertemuan kita menyakiti seseorang diantara kita atau bahkan kita berdua. Jika saja aku ada kuasa melawan semesta, pikir serta hatiku, aku memilih tidak menjalani waktu sebentar yang dulu itu dan memilih tidak menjatuhkan rasa kepada siapa.

Agustus 2016 sampai April 2018 saat ini, semuanya selalu sama. Aku menyakiti hati dan diriku sendiri dengan menggantungkan harap yang menyerah padaku. Aku tidak menyalahkanmu, mohon mengerti hal ini. Aku tidak menyesal juga bertemu denganmu, yang aku sesali adalah bagian aku yang tak bisa memperbaiki ini semua sehingga kita tidak ada yang tersakiti atau setidaknya merasa tersakiti.

Kesempatan apapun yang nanti semesta berikan kepadaku, aku akan mengambilnya untuk bertemu dan berbincang denganmu. Setidaknya saat itu aku bisa menumpahkan kepalaku yang penuh dan menyisakan sedikit saja agar aku masih bisa mencinta.

Aku menjadi orang yang paling takut menjalani kisah cinta. Takut kecewa saat mengenal jiwa yang baru. Takut untuk kembali berharap dan berjuang. Takut untuk gagal melepaskan dan merelakan. Takut untuk kembali menulis hal yang sama dikemudian hari untuk kisah yang berbeda.

Aku berharap engkau mengerti tapi jangan memaksa dirimu untuk mengerti. Lebih lagi jangan memaksa dirimu terlalu keras. Ijinkan aku saja, jika suatu saat kisah kita perlu diperjuangkan, tolong jangan menyerah disaat aku berjuang, tunggu saja, jika sakit, katakan padaku. Aku akan berusaha memperbaikinya. Tapi sekali lagi, jangan memaksa. Jika sakit itu ada karena aku ada, tidak apa. Artinya semesta memintaku untuk berhenti. Tapi jelaskan padaku, bahwa kita baik - baik saja sebagai apapun.

Rinduku sudah penuh. Aku tak tahu lagi.

Komentar

  1. just passed by and find this... me in your story! ha- ha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Well thankyou for leaving your footprint here. It means a lot to me, whoever you are.

      Hapus

Posting Komentar

Penulis dengan senang hati menerima setiap respon di kolom komentar, terimakasih sudah membaca dan terimakasih banyak jika berkenan meninggalkan jejak anda di komentar :)

Postingan populer dari blog ini

How to Conduct a Clinical Trial with Good Clinical Practice

Clinical trials are essential for developing new treatments and improving health outcomes for patients. However, conducting a clinical trial is not a simple task. It requires careful planning, execution, and reporting to ensure the quality and validity of the data and the safety and well-being of the participants. This is where Good Clinical Practice (GCP) comes in. GCP is an international ethical and scientific quality standard for designing, conducting, recording and reporting trials that involve the participation of human subjects 1 . GCP aims to provide a unified standard for the ICH regions (the European Union, Japan, the United States, Canada, Switzerland, Brazil, Australia and South Korea) to facilitate the mutual acceptance of clinical data by the regulatory authorities in these jurisdictions 2 . GCP is based on the principles of respect for human dignity, protection of human rights, and assurance of the welfare of the participants 2 . GCP also ensures that the data generated f...

Surat titik-titik #1

Halo pembaca setia topengmalam's blog hahaha Thanks buat yang rajin mengunjungi blog ini, thanks buat yang selalu baca, apalagi komentar dan di share. Yok yok jangan lupa komentar dan share yaaa... Jadi, ini aku nulis surat buat seseorang (seseorang). Tanggal 8-3-2016 tepatnya, surat ini seharusnya menjadi rahasia. Maka dari itu, nama dan beberapa hal aku ganti dengan "......." (titik-titik). Maaf karena belum saatnya aku isi titik-titik itu dengan hal yang sebenarnya ada. Terimakasih sudah mampir, selamat membaca surat ini. Halo B*****m… hehehe Apa kabar ? Baik kan pasti? Terus terang aja ya, masih susah buat aku untuk berusaha membohongi diriku sendiri kalo aku tidak tertarik dengan mu. Aku masih sangat-sangat tertarik sama kamu. Maaf banget kalo aku harus jujur dan bikin semua kacau, bikin relasi kita rusak dll. Salah satu hal yang aku pengen tahu tuh sebenernya adalah, apa kamu ....... juga atau apa? Mungkin kesalahan terbesar jika pertanyaan ini akhirn...

Sorry to post this

Rasanya sudah cukup di tahun ini, menjatuhkan hati dengan sengaja dan belajar mencintai seseorang. Tapi aku merasa belum cukup dalam belajar melepaskan orang yang aku cintai, entah mengapa aku masih begitu peduli. Seakan-akan aku masih mencintai dia, tapi aku juga tidak tahu apakah aku benar-benar masih mencintai dia apa hanya suatu ilusi belaka.