Langsung ke konten utama

Postingan

Lelah

Sudah tidak tahu bagaimana mengukur rasa capek yang tiap hari perlahan dikubur dengan rasa capek yang baru ini. Rasanya sia-sia kalau mengukur kecapekan hari demi hari. Menjalani hari demi merasakan capek dimalam hari untuk mempersiapkan diri menjelang capek esok harinya. Ingin berhenti sejenak, sekadar menghela nafas atau berdiam tanpa melakukan sesuatu. Tapi sesuatu yang di kejar rasanya tidak mungkin ditinggal barang sebentar untuk menarik nafas setelah tersengal-sengal. Malahan sekarang rasanya apa yang dikejar berbalik mengejar. Ingin sekali mengatakan, "Buk aku capek, aku udah gak kuat, boleh aku istirahat dari semua ini dan mencari tahu apa mauku? Tapi Ibu akan kehilangan semua uang yang telah Ibu keluarkan untukku". Tapi bayangan kekecewaan Ibu ku seakan lebih besar dari keinginan untuk berhenti sekarang ini. Meskipun lelah, sungguh lelah yang hebat secara fisik dan mental, aku belum tega memenangkan egoku. Ingin sekali mengatakan, "Dokter, saya lelah. Saya t

Senja

Senja Senja menjadi pemeluk paling nyaman Ketika lelah menyapa kepulangan Menjadi cara melepas penat Semua harap yang bergerak cepat Senja menjadi sambutan paling indah Pada malam yang kian merekah Menjadi pengantar cerita samar Sang penulis yang berdebar - debar Senja ialah lambang kerinduan Akan harapan menjadi keraguan Menjadi pengingat tentang rasa Perihal kita yang semestinya bahagia

To: Me

Hei, Julian. Dengar, aku tahu banyak hal yang membuat kamu kehilangan diri kamu. Hal-hal yang kamu pikirkan begitu dalam dan mungkin berlebihan. Ya, kamu sadar akan hal itu kan? Tidak apa memikirkan sesuatu secara mendalam. Tapi ketahui bahwa kamu punya kuasa atas pikiranmu. Kamu punya kuasa kapan harus berhenti. Jika menurut kamu bukan sekarang waktunya, tak apa, kamu akan tahu waktu yang tepat. Kamu juga masih menyimpan sakit hati, mungkin kekecewaan, mungkin juga rindu. Tak apa, perasaan itu wajar adanya disana. Tak perlu khawatir dan berusaha begitu keras menghilangkan perasaan-perasaan itu. Ok Julian? Coba deh kamu lihat diri kamu sekarang. Julian yang lebih sabar, lebih kuat, lebih berbelas kasih, lebih peduli, lebih hebat pokoknya dari Julian sebelumnya. Berterimakasihlah pada teman dan guru mu. Mereka yang mengajarkanmu sabar dengan cara yang membuatmu sakit hati. Mereka yang mengajarkanmu berbesar hati saat kamu dikecewakan. Kamu berhasil sampai pada saat ini. Hebat bukan?