Sudah tidak tahu bagaimana mengukur rasa capek yang tiap hari perlahan dikubur dengan rasa capek yang baru ini. Rasanya sia-sia kalau mengukur kecapekan hari demi hari. Menjalani hari demi merasakan capek dimalam hari untuk mempersiapkan diri menjelang capek esok harinya.
Ingin berhenti sejenak, sekadar menghela nafas atau berdiam tanpa melakukan sesuatu. Tapi sesuatu yang di kejar rasanya tidak mungkin ditinggal barang sebentar untuk menarik nafas setelah tersengal-sengal. Malahan sekarang rasanya apa yang dikejar berbalik mengejar.
Ingin sekali mengatakan, "Buk aku capek, aku udah gak kuat, boleh aku istirahat dari semua ini dan mencari tahu apa mauku? Tapi Ibu akan kehilangan semua uang yang telah Ibu keluarkan untukku".
Tapi bayangan kekecewaan Ibu ku seakan lebih besar dari keinginan untuk berhenti sekarang ini. Meskipun lelah, sungguh lelah yang hebat secara fisik dan mental, aku belum tega memenangkan egoku.
Ingin sekali mengatakan, "Dokter, saya lelah. Saya tahu dokter dulu menjalani hal yang sama dengan saya, tapi mungkin dokter menikmatinya dan mempunyai mimpi yang jelas dan ingin menjalaninya selama hidup dokter. Tapi saya tidak dokter, saya kehilangan semua mimpi dan harapan saya dalam proses menuju 1 mimpi ini. Kalau boleh saya beristirahat dok? Saya mau berhenti. Dokter tidak akan kehilangan apapun jika satu anak didik dokter pergi".
Tapi sekali lagi bahwa bayangan pendapat oranglain yang malah menyudutkan dan menghakimi alasanku nantinya, jauh lebih besar daripada keinginan memenangkan kedamaian ku. Aku terlalu egois untuk terus menjalani ini, tapi terlalu lemah untuk menatap kemungkinan terburuk jika aku harus berhenti.
Ingin ku katakan, "teman, aku sungguh tidak tahu apa yang aku jalani setiap hari. Aku tidak tahu apa yang aku kejar. Aku rela kehilangan waktu istirahat demi sesuatu yang aku tidak tahu apa itu. Aku rela kelelahan, aku rela dipermalukan, aku rela memaksa diri melakukan hal yang diluar kemampuanku. Demi sesuatu yang aku tidak pernah terbayang apakah itu. Aku tahu kalian terkadang merasakan itu, dan kalian bertahan. Aku salut dengan kegigihan kalian. Kalian pribadi terkuat dan paling tangguh. Aku... Aku rasa aku tidak mampu lagi memaksa diriku melakukan itu semua. Terlalu berat. Jika aku berhenti suatu saat, tolong dimengerti, bahwa aku tidak menyerah. Aku memilih untuk berdamai bahwa kedamaian yang aku cari, bukan pada cara menjalani ini".
Tapi apa mereka akan paham, dan mengerti, dan berhenti pada pikiran mereka masing-masing. Aku tidak tahu. Mungkin beberapa akan berhenti pada pikirnya, dan beberapa melanjutkan percakapan-percakapan yang bertanya mengapa dan bagaimana.
Aku selalu mengatakan pada diriku, "kamu akan baik-baik saja, aku yakin kamu bisa. 13 stase, sudah 8 stase kamu selesaikan. Aku selalu berkata kamu bisa dan kamu kuat, dari kelelahanmu di stase pertama, kedua, hingga saat ini. Aku mau kamu bertahan, tapi aku tidak tega melihat kesakitanmu. Demi apapun yang kamu kejar. Aku bingung".
Tidak apa. Aku sedang kelelahan. Semua sedang menghantam ku dari banyak sisi. Mungkin pikiran-pikiranku sendiri yang begitu parah menghantam dirinya sendiri. Aku paham.
Jika suatu saat kalian mendapati aku menyerah. Mengertilah, perjuangan ku sudah panjang. Menyerah selalu menjadi pilihan sejak lama bagiku, tapi aku belum pernah memilih nya. Mungkin saat aku menyerahlah, akhirnya aku memilih pilihan tersebut.
Terimakasih dan sampaikan maafku pada harapan kalian yang begitu tinggi padaku.
Komentar
Posting Komentar
Penulis dengan senang hati menerima setiap respon di kolom komentar, terimakasih sudah membaca dan terimakasih banyak jika berkenan meninggalkan jejak anda di komentar :)