Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

Lentera Yang Padam

Malam ini aku terduduk dalam sepi … . Dalam gelap yang menghantui Ku berharap dia datang Dia yang memberikan cahayanya Menyinari gelapnya hati Membuka jalan tuk aku menapak Sayang, dia telah padam Angin keegoisan telah memadamkannya Lentera ku tak lagi bersinar Dia tak lagi memancar Entah siapa yang meniupkan angin itu Lenteraku tak kunjung menyala Membuat sukmaku menjerit dalam kesunyian Teriakan tanpa suara                      Namun, penuh rasa Kegelapan semakin menenggelamkanku Tenggelam dalam ketidak pastian Menanti Nyala sang Lentera Untuk kembali membakar gelap menjadi harapan Menyulut kesunyian untuk kedamaian Waktu, izin kan aku tahu Kapan Kembalinya sinar Lenteraku ……

Lipatan Kertas

Lipatan-lipatan ini semakin tak berguna Dentuman detik yang menghantui Tak lagi mampu membuatku melipatnya Akankah kertas-kertas ini hancur Ataukah terhempas dalam gelombang Apa melayang bersama angin Cairan ini kembali menetes dari dua bola di wajahku Membasahi tiap lembar lipatanku Aku telah mencapai lipatan yang ke 17 Akan aku apakan lalu Banyak cerita yang tergores dalamnya Memberi arti cinta lipatan ini kepadanya Tapi kemana dia Menjauh dan menghindari lipatan ini Bahkan lipatan ini tak lagi mampu menggores senyum Lipatan ini hanya berharap kau simpan Agar abadi dalam genggamanmu …

Ketika Aku Sedang Jatuh Cinta

Menembus batas waktu dunia Mengejar Dia sang dewi Dewi yang menghantui tiap malamku Memekik lembut leherku Mengecup hangat bibirku Ketika aku sedang jatuh cinta Logika membeku Bagai hidup tanpa syaraf Menerjang semua haluan Menutup semua sayatan perih Menggantinya dengan jamahan jari lembutnya Terbang bersama Dia ke angkasa Tidur dalam kelembutan awan Terjatuh ke dalam angan Yang membawaku menghirup kesejukan Melintasi berbagai warna pelangi Meluncur di atas warna-warni pelangi Menuju lautan mawar yang harum Mengarungi lautan cinta bersamanya Menuju dasar kehidupan paling indah Terduduk di tepi nafas Melihat Sang surya mulai menghilang Meninggalkan berkas warnanya Untuk mengganti sinarnya dengan rembulan Sinarnya yang cerah Membangunkan tubuhku Dari Mimpi terindah yang telah ku lalui Bersamanya..........

Kehancuran

Masih lekat dalam angan ku Saat kau injak jiwa ini Meludahi segala pikir Duri yang kau tancap kan pada hati ini Masih ku ingat akan duka yang kau beri Kau buang dalam deru amarahmu Cinta yang lama ku pertahankan Kini hancur bersama untaian kalimat kejammu Yang meluruhkan segala rasa Tahukah kau, aku berdiri tuk memberimu seuntai PUISI indah Puisi yang ku rangkai dengan segenap jiwaku Untukmu, yang kini melukaiku Menghilangkan kesempatan untuk mencoba mencintaimu Untaian kata ini, kini menjadi abu Lambang kehancuran yang ku alami Sayang, Kini aku terkulai, Lemah terluka, Tak sanggup berdiri atas beban ini, Terbaring dalam kekesalan, Menggenggam asa yang kau beri, Hilang sudah semua CINTA ku Hanyut bersama deras nya luka ini....

Yesus telah lahir

Tiba saatnya Dia datang Raja segala raja Yang ter lahir dalam palungan Berselimutkan kain Ternak bersuara membangunkan-Nya Tetapi Sang Bayi tiada resah Terang yang maha mulia Kini terbit dalam kegelapan Duka nestapa akan hilang Berlalu malam kematian Dan fajar hidup merekah Anak Maria Miskin dan hina namun besar Rela sengsara bagi manusia Harapan dunia dalam Bayi yang kudus Firman, namun tanpa kata Tuan, namun tanpa hak Raja, namun tanpa takhta Anak yang di janji Anak yang di tunggu lahir di betlehem Namanya Yesus

Topengku

Semua teman hanyut bersamanya Mempercayai segala ekspresi yang dibuatnya Mencoba mengumbar secercah senyuman Walau hati ter iris dan ter luka Melapisi jiwa yang kelabu Dengan Topeng ceria Andai saja kau tahu apa yang ada Ada jerit perih dari luka di balik senyum indahku Senyum paksa yang ku umbar Kepada mereka yang telah melukai hati Dapatkah kau buka Topeng hati ini Yang telah lama menutup luka Atas kejam nya Dunia Namun, jangan.... Biarlah aku sendiri yang merasakan Beban hati untuk memikul Topeng ini Biar aku saja yang merasakan getir hati yang ter sayat tajam belati Dan biarlah aku tetap bertopeng Agar tak pernah ada semburat duka yang nampak Dan tak ada pilu yang ku umbar

KICAUAN sang MERPATI

aku terdiam sesaat memandang indahnya sayap sucimu, semakin ku pandang, hasrat tuk memilikimu semakin menggema dalam kecilnya hatiku, terbersit keinginan tuk jadi Pemimpin jalanmu, Lambang kesucian CINTA menjadi Penuntun Langkahmu, menjadi Pemandu disetiap langkah kaki kecilmu, engkau, Merpati suci yang kucari, kini terlelap dalam kesucian jiwa, terdiam membisu, tak ada hembusan nafas ku jumpa, mentari dan sang mega menemani, terbuang diantara rumput yang bergoyang, menyalakan warna suci dari sayapmu, terhempas dari gemerlap dunia fana, kini ku memohon, dapatkah kau melihatku, membuka mata kecilmu, mendengar kicauanku, jangan kau biarkan ku disini sendiri, terdiam tanpa alunan melodi senja, menatap mentari senja yang hampa, Tuhan, bangunkan dia, dia yang selalu ada, saat ku menangis dan tertawa, saat aku susah dan senang, Jangan ambil dia untuk saat ini, Jika Kau mengambilnya, ambil aku juga, agar kita bisa tetap berdua meski tak berada di Dunia, Tuhan, de

CELOTEHAN GALAU!!!

saat waktu membawa fikir ku melayang, ku terbawa dan terdiam dalam hening jiwa, memikirkan apa yang tak terfikirkan, mengharapkan Dia yang tak tuk di Harapkan, semakin jauh ku lalui, gerbang permulaan semakin jauh, semakin terbawa dalam rasa yang tak tentu arah, bertahan memikirkanmu, berharap kau yang disana memikirkanku, Namun, jiwa ini tak mungkin menunggu, Ku tak kan bertahan dalam asa, Walau ku kuat, namun ku tak mampu bertahan dalam ombak ini, Rasa yang tak habis tuk dikupas, titik demi titik Celotehan ini, sebagai akhir perjalanan lamunanku, menuju kepahitan DUNIA sesungguhnya, Menjalani sisa nafasku, berharap ada celah putih yang mampu membawaku kedalam kedamaian abadi.